Pujangga Manik Bali

SINGA AMBARA RAJA ( Ikon Kota Singaraja ) Gagah berwibawa Api berkobar menyala penuh pesona Wujud Sang Penguasa Sakti Pertiwi, sayap mengembang penuh makna Raja Diraja Pengayom Bumi Persada Kekar tiada gentar Penguasa langit bagai halilintar Kokoh tiada tanding, meraih cita-cita bagi bangsa dan negara Memegang amanat... Wahai Sang Penguasa ! Terbang..terbanglah tinggi dengan penuh semangat !!

Kupersembahkan syair untukmu... Embun pagi menyapa... Mengantar hari indahnya mentari Sejuk terasa membuai raga Adakah berita damai yang terjadi ? Hidup rukun merangkul gunung Teguh akan Titah sebagai bhakti terhubung Bersandar tepian Bukit Sejati Terhias kabut bagai sutra alami Bhakti Pertiwi membawa kami pergi Tiada resah atas apa yang kami sembah Ketulusan telah membawa kami berdiri Pada lembah membangun wilayah TitahMu tetap aku jalankan Pada kabut kutulis pesan Kami disini setia menemani Berdiri atas karunia Hyang Widhi...

D HARMA RAKSAKA Rona wajah bijaksana duduk bersila Lembut suaraMu bagai bulan Purnama Terang kharisma Hyang Sangkara Tenang bagai Wisnu swarupa Sembah sujud kehadapanMu Kutulis syair untuk kukenang Sukma terpanggil dalam raga yang bimbang Aku yang hina tertunduk malu Tiada kata dapat terucap Lirih bibir memanggil namun senyap Senyum yang Engkau beri... Sejuta makna aku terisi... Jalan Dharma Engkau paparkan Pegang teguh lelaku hidup Bukan pendusta sebagai peran Bagai teratai menjaga kuncup Sang Putih menemaniku Wujud ghaib yang kau tahu Mang Ang Ung telik sandhi murthi Dharma laksana lelaku sejati Airmata mengalir Bhatin terpanggil Lama rindu terpendam kini berakhir Syukuri hidup walau dekil...

Dalam kesendirian Alunan nafas berpadu desah angin yang memelukku... Damai rasa dalam buaian Mengiba padaMu untuk selalu menjagaku Aku yang hina mengharap cinta Sebagai Pujangga yang tidak punya apa - apa Sunyi selalu menghibur Memendam hasrat yang aku kubur... #Tilem Kapitu

                            Jika badan ini mati...      Rona merah jingga menghias ruang rohani      Berjalan sendiri...      Hamparan luas tiada batas, tiada rembulan             tiada mentari...      Cahaya kecil itu yang kutuju      Melangkah gontai semua membisu      Siapakah aku ?      Oo... buah pikiran yang membentukmu     Aku yang tiada nama lagi     Aku adalah aku dengan pikiranku     Tiada janji yang tersembunyi saat ini     Kini menunggu saat lahir menjemputku

 Kau terlahir satu rahim dari Ibunda tercinta Empat rupa... Empat nama Raga terjaga, Sukma meronta Mengingat Dikau entah dimana... Sadar akan diri Satu jua bersama saudara Lahir saat ini Kau dan aku adalah sama Gejolak bhatin lirih memanggil Rindu membara merasuk sukma Bergetar, berdebar, menggigil... Menyatu dalam raga

 SUNYA Raga 'kan hancur Namun Jiwa 'kan terlahir Bersama angan aku terkubur Kidung dan airmata yang mengalir Dimanakah aku saat itu ? Hari tiada menempati janji Sepi tanpa waktu Ataukah aku sedang bermimpi ?

Ang - Ah Dalam satu rasa Mencari kemurnian bhatin Sukma terjaga dalam ikatan raga Dia dan aku 'bak simpul terjalin Kemurnian susah dimengerti Walau sederhana dalam kata Semesta membawa pesan sendiri Rasa, menyikapi makna sesungguhnya Dalam kesunyian Suara hati terdengar jelas Bisik merdu semesta merasuk sukma Jalan berliku menuju Siwa dwara Disana Kau bercahaya...!